I.
PENDAHULUAN
1. Agama
dan budaya adalah dua hal yang berbeda, namun dalam penerapan agama Hindu,
budaya dan agama dapat dibedakan, akan tetapi tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain. Bagaikan diri manusia, agama adalah atma/ jiwanya dan budaya
adalah badannya.
2. Agama
Hindu berasal dariIndia, ajarannya terhimpun dalam kitab suci Weda sejak 2500
tahun sebelum masehi menyebar keseluruh dunia termasuk ke Indonesia sampai saat
ini kita warisi
3. Budaya
berkembang dari ide, kreativitas dan dapat dinkmati berupa hasil-hasil karya
manusia. Perkembangan agama Hindu didukung oleh budaya yang didalamnya terdapat
adat istiadat setempat, sehingga praktik agama Hindu bisa berbeda- beda sesuai
budaya setempat, namun dasar filosofinya tetap sama. Dalam tri kerangka agama
Hindu bisa disebut Tattwa agama Hindu dimana –mana sama, namun susila dan
upacaranya bisa berbeda-beda
4. Tujuan
beragama menurut Hindu adalah mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir
bathin berdasarkan dharma (Moksartham Jagadhita ya ca iti dharma
atmanam). Status manusia dalam pandangan Hindu adalah makhluk tertinggi
ciptaan Tuhan ( manusia memiliki Tri Premana : bayu, sabda hidep ) dan Secara
sosiologis manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk social. Dalam
upaya pembinaan umat Hindu untuk dapat mencapai tujuan, dikembangkanlah konsep tri Hita Karana (tiga hal penyebab
kesejahteraan). Manusia berkewajiban menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan (Parhyangan),
manusia membina hubungan harmonis dengan sesame manusia(Pawongan) serta manusia
dapat menjaga hubungan harmonis dengan lingkungannya( palemahan)
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Agama dan Budaya
1. Agama
adalah wahyu. Kata agama berasal dari bahasa sanskerta a+ gam. A artinya tidak, dang am ( dalam
bahasa Inggris go) artinya pergi. Jadi,
kata agama berarti “ tidak pergi. “ tetap ditempat “ langgeng” diwariskan
Secara turun temurun. Inilah arti istilah kata agama. Tetapi arti dalam jiwa
kerohaniannya agama adalah dharma dan atau kebenaran abadi yang mencakup
seluruh kehidupan manusia ( Tim Penyusun, 2006 :5 ). Agama adalah kepercayaan
hidup pada ajaran –ajaran suci yang diwahyukan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
yang sifatnya kekal abadi, oleh karena itu, agama Hindu semula di Veda disebut
“ Sanatana Dharma “ ( kebenaran kekal abadi)
2. Budaya
pada intinya berarti Ide, dari Ide orang berkreatifitas, dan kreativitasnya
menghasilkan hasil karya. Contoh ide membuat lukisan, lalu melukis, terakhir
menghasilkan hasil lukisan. Dalam agama orang punya ide melaksanakan agama,
lalu melaksanakan agama, lalu melaksanakan agama, pelaksanaan beragama
menghasilkan banyak hasil karya/ karya budaya
B.
Konsep
Tri Hita Karana dan Manusia
1. Tri
Hita Karana terdiri dari kata Tri = tiga, Hita = kesejahteraan, dan karana =
penyebab. Jadi Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kesejahteraan. Tri hita
karana bungan mencakup unsur parhyangan ( tempat suci ), pawongan ( manusia),
dan palemahan ( wilayah ). Adanya tiga hubungan harmonis dari ketiga unsur itu (intinya adalah pada unsur manusia (
pawongannya) menyebabkan timbul kesejahteraan. Hubungan harmonis dimaksud
dilakukan manusia yaitu :
a. Hubungan
harmonis antara manusia dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa / Tuhan yang Maha Esa (
terkait dengan parhyangan ) amanusia ingat berasal dari Tuhan “ Brahman
Ataman Aikyam”
b. Hubungan
harmonis manusia dengan sesame manusia ( terkait pawongan ). Manusia menyadari
kesamaan asal usul dan unsur yang menjadikan dirinya adalah satu. Manusia satu
sama lainnya bersaudara ( Vasudewa Kutumbakam ), maka manusia
pada hakikatnya adalah sama (satu) dengan yang lain ( Tat Twam asi).
c. Hubungan
harmonis manusia dengan alam( terkait palemahan). Manusia sadar
ada persamaan unsure antara buana alit dengan bhuana agung dan semua makhluk
ingin sejahtera / lepas dari penderitaan ( “ Sarwa Prani Hitangkara )
2. Manusia
itu Siapa ?
1. manusia
adalah makhluk tertinggi diantara makhluk lain ciptaan Tuhan
2. Manusia
memiliki Tri Premana ( Bayu, Sabda Idep ), binatang memiliki dwi premana ( bayu
dan sabda ), tumbuh-tumbuhan memiliki Eka Premana ( Bayu)
3. Manusia
terdiri dari unsure Panca Tan Matra menjadi unsure Panca Maha Bhuta( Pertiwi,
apah, teja, bayu, akasa ) dihidupkan oleh atman.
4. Manusia
terdiri dari badan kasar/ stula sarira, dan badan halus / suksma sarira( budhi,
manah, ahamkara)
5. Unsur
manusia /Buana alit terdiri dari unsure panca maha bhuta dihidupkan atma dan
alam semesta/ buana agung juga terdiri dari unsure panca maha bhuta dihudupkan
oleh paramatma / Ida Sanghyang Widhi Wasa. Atma merupakan percikan / sinar suci
paramatma
6. Manusia
mempunyai potensi besar yang bisa dikembangkan, akan tetapi instingnya lebih
tipis dari binatang. Oleh karena itu, manusia harus dipelihara, dididik /
didewasakan agar potensi dirinya tumbuh dan berkembang.
C.
Penerapan
/aplikasi Tri Hita Karana
a. Mewujudkan
hubungan Secara sekala dengan menata tatanan sosila ekonomi, politik, budaya
dengan / pengabdian yang disadari sebagai swadarma masing-masing.
1. Menjaga
, memelihara diri, dengan memperhatikan tri angga : kepala, badan / kaki tangan
( Tri Hita Karana pada diri sendiri )
2. Menata
lingkungan tempat tinggal : hulu ( parhyangan ) ada merajan, pelangkiran, ,
badan ( palemahan) pekarangan dengan bangunannya, dan orangnya ( pawongan/
penghuni rumah)
3. Menata
lingkungan wilayah : ada kahyangan ( parhyangan), ada warga ( pawongan dan ada lingkungan (
palemahan).
4. Menata
wilayah dengan Sub wilayah ( RT dan RW)
b. Mewujudkan
hubungan Secara niskala, dengan upacara Panca Yadnya
1. Hubungan
manusia dengan Tuhan, dengan melaksanakan Dewa Yadnya
2. Hubungan
manusia dengan sesame manusia dengan melakukan manusa yadnya, Rsi yadnya
termasuk Pitra Yadnya
3. Hubungan
manusia dengan alam, dengan melaksanakan Bhuta yadnya mulai dari banten saiban
sehari-hari, segehan 5 /15 hari sekali, caru enam bulan sekali tawur satu kali
setahun, panca bali karma sepuluh tahun sekali, eka dasa rudra seratus tahun
sekali dan merebu bhumi seribu tahun sekali.
c. Tingkatan
yadnya dapat dipilih sesuai dengan kondisi umat yaitu tingkat nista, madya dan
utama. Pada setiap tingkatana dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu
nistaning nista, madyaning nista, utamaning nista. Kemudian nistaning madya,
madyaning madya, dan utamaning madya. Terakhir adalah nistaning utama,
madyaning utama dan utamaning utama.
d. Dasar
pelaksanaan yadnya adalah karena Rnam dan dilaksanakan dengan lascarya (tulus
ikhlas)
D.
Hal-hal
yang Perlu ditingkatkan
1. Hubungan
manusia dengan Tuhan
1. Meningkatkan
upaya dalam membangun, memelihara tempat suci dengan berbagai bangunannya (
sebagai jalan karma marga) dengan cara disesuaikan dengan jaman dan kondisi sosial
umat.
2. Meningkatkan
pelaksanaan yadnya sebagai jalan bhakti marga, sesuai ketentuan ajaran agama,
dipilih tingkatannya sesuai kemampuan
3. Meningkatkan
pelatihan-pelatihan pelaksanaan tapa, brata, yoga dan semadhi sebagai jalan
Jnyana dan Raja marga
2. Hubungan
manusia dengan manusia
a. Meningkatkan
pelaksanaan swadarma masing-masing anggota keluarga.
b. Meningkatkan
tata kekrabatan di lingkungan keluarga besar.
c. Meningkatkan
tata karma ( Menyama Braya) dilingkungan wilayah.
d. Meningkatkan
pelaksanaan dharma agama dan dharma Negara Secara seimbang
e. Meningkatkan
tata pelaksanaan manusa yadnya, mulai bayi dalam kandungan sampai upacara
perkawinan.
3. Hubungan
Harmonis manusia dengan alam
a. Meningkatkan
upaya dalam menjaga, memelihara, melestarikan lingkungan ( Fauna dan Flora)
b. meningkatkan
pemahaman dan pelaksanaan upacara upacara bhuta yadnya dari tingkat terkecil
sampai tingkat terbesar.
E.
Pola
Penerapan Tri Hita Karana
1. Mengatur
keseimbangan : Buana Alit dan bhuana Agung, keseimbangan niskala dan sekala,
keseimbangan beragama kesendirian dan beragama kebersamaan, keseimbangan nilai sakral
dan profan, nilai positif dan negativ, keseimbangan spiritual dan material,
keseimbangan teori dan praktek agama, keseimbangan adat dan agama.
2. Menjaga
hubungan sesama manusia dengan landasan : a) asih, punia , bhakti, b) swadarma
dan Paradarma, c) sesana manut linggih, d) dasar keyakinan, e ) nilai kearifan lokal,
f ). Menerapkan menejem praktis dalam kehidupan beragama.
F.
Tri
Hita Karana dan Harmonisasi Umat Beragama
Dinamika
umat beragama belakngan ini cukup mengembirakan.Ketika ada peringatan hari-hari
suci keagamaan umat beragama menyambutnya dengan penuh kegembiraan.Didalam
aktivitas umat yang mengembirakan itu, banyak membawa kemajuan, banyak nilai
positifnya, umat juga merasakan hasil-hasilnya Secara positif pula. Namun
dibalik itu tidak bisa dipungkiri , bahwa aktivitas yang demikian memunculkan
hal hal negativ, bahkan rasa tidak puas bagi segelintir orang. Mereka yang
merasa kecewa, dengki atau berlawanan dalam prinsip mengambil langkah-langkah
lain. Sehingga tidak jarang terjadi pertikaian intern umat beragama, konflik
social bernuansa agama, tindakan criminal ( pengeboman), membentuk aliran
kepercatyaan yang bertentangan dengan ajaran induknya dan sebagainya.
Pemicu munculnya berbagai masalah memang
bisa berawal dari
a. Faktor
Agama :
-
Masalah pendirian rumah
Ibadah
-
Kawin campur
-
Masalah Kuburan
-
Pelaksanaan Hari Raya
-
Pelecehan simbol Agama
b. Faktor
Non Agama
-
Sosial Ekonomi
-
Budaya
-
Sosial Politik
-
Dan berbagai
kepentingan.
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam menjaga Harmonisasi Beragama :
1. Penyadaran
diri sebagai umat beragama bahwa paling tidak ada lima faktor yang mempengaruhi
pembangunan kehidupan beragama kita yaitu : karakter, budaya, sistem sosial,
kondisi sosial dan sistem pemerintahan.
2. Penyadaran
umat terhadap pemahaman agama masing- masing dengan baik dan benar sampai pada
pengamalannya. Sebab dalam agama ada prinsif – prinsif universal yang dapat
dipahami untuk kebaikan bersama.
3. Penanganan
kasus-kasus yang muncul harus terkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Tidak
main hakim sendiri atau tindakan masa yang merugikan semua pihak. Semua harus
berdisiplin mengikuti aturan yang berlaku, dan penyelesaian masalah harus
dilakukan Secara prifosional.
4. Umat
beragama melalui pemuka agamanya harus dapat memanfaatkan lembaga yang ada,
fasilitas yang tersedia untuk kepentingan kemajuan umat Secara bersama-bersama.
5. Upaya
yang sangat ideal adalah perlu dibangun kehidupan beragama yang dialogis.
Dialog agar dijadikan budaya dalam kehidupan sehari hari. Dalam hal ini sifat
keterbukaan, kejujuran, keadilan harus dapat diwujudkan agar dialog bisa
dibangun.
6. Dalam
membangun kehidupan beragama dalam segala aspeknya harus dikembangkan pola pikir
yang berwawasan multikultural , karena kenyataan kita adalah beragam baik
dilihat dari segi etnis, budaya, adat, kebiasaan, bahasa, termasuk agama itu
sendiri. Keragaman itu terjadi di dalam setiap kelompok agama.
7. Peran
media massa juga diharapkan mendukung pembangunan bidang agama itu melalui
kemasan berita yang menarik, benar dan menyejukkan, serta memotivasi pemuka
agama dan umat beragama agar berprilaku bijaksana, santun dan beradab
II I.
PENUTUP
Demikian hal –hal yang berkaitan dengan
Tri Hita Karana sebagai menjaga harmonisasi beragama.Mudah-mudahan
bermanfaatdalam mengadakan pembinaaan pada masyarakat Hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar